MAJAS / GAYA BAHASA
Majas/Gaya bahasa
adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal
lain yang lebih umum.
Majas dapat
digolongkan sebagai berikut:
1.Majas
perbandingan
2.Majas
pertentangan
3.Majas pertautan
4.Majas perulangan
A. Majas
Perbandingan
Majas perbandingan
terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Majas
Perumpamaan
Perumpamaan adalah
perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja dianggap
sama.
Contoh:
Bak mencari kutu
dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang mustahil)
Bagai kambing
dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh atau diajak mengerjakan sesuatu)
Semanis madu.
Sedalam laut.
Secantik bidadari.
Sesegar udara pagi.
2. Metafora
Metafora adalah
perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang
berbeda. Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan
antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya
Contoh:
Kapan Anda bertemu
dengan lintah darat itu?
Siti adalah kembang
desa di sini.
Kelaparan masih
tetap menghantui rakyat Etiopia.
Nina tangkai
hati ibu.
3. Personifikasi
Personifikasi
adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah
hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
Peluru
mengoyak-ngoyak dada musuh.
Banjir besar telah
menelan seluruh harta penduduk.
Matahari mulai
merangkak ke atas.
Kabut tebal
menyelimuti desa kami.
4. Alegori
Alegori pada
umumnya menganding sifat-sifat moral manusia.
Contoh:
Mendayung bahtera
rumah tangga. (Perbandingan yang utuh bagi seseorang dalam rumah tangga)
B. Majas
Pertentangan
Majas pertentangan
terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
1. Hiperbola
Hiperbola adalah
majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
Contoh:
Keringatnya
menganak sungai.
Suaranya
menggelegar membelah angkasa.
2. Litotes
Litotes adalah
majas yang menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu
dengan memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga
hiperbola negatif.
Contoh:
Tapi, maaf kami tak
dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang
ada.
Tentu saja karangan
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya
terima dengan senang hati.
3. Ironi
Ironi adalah majas
yang menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud
menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran.
Contoh:
Bagus benar
ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati.
Kau memang pandai, mengerjakan
soal itu tak satupun ada yang betul.
4. Antonomasia
Antonomasia adalah
penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
Sssssttt, lihat! Si
cerewet datang. Kalian tidak perlu bertanya.
Macam-macam! Biar
si gendut saja nanti yang menghadapinya.
Kemarin saya lihat
si Kacamata hitam keluar bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?
5. Oksimoron
Oksimoron adalah
pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang
mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh:
Memang benar
musyawarah itu merupakan wadah untuk mencari kesepakatan. Namun tidak jarang
menjadi wadah pertentangan para pesertanya.
Siaran radio dapat
dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat
untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
Olahraga mendaki
bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya.
6. Paradoks
Paradoks adalah
pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi
mengandung kebenaran.
Contoh:
Memang hidupnya
mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi mereka tidak berbahagia. Tidak
tahu mengapa, mungkin karena belum mempunyai anak.
Walaupun ia tinggal
di kota besar, kota metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita padaku
katanya kesepian.
7. Kontradiksio
Kontradiksio adalah
pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih
dulu sebagai pengecualian.
Contoh:
Sebenarnya semua
saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja
karena malasnya.
Malam itu gelap
gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.
C. Majas Pertautan
Majas pertautan
dibedakan menjadi:
1. Metonimia
Metonimia adalah
majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang
atau hal, sesuai penggantinya.
Contoh:
Ayah suka mengisap
gudang garam. (Maksudnya rokok)
Si Jangkung dipakai
sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.
2. Sinekdok
Sinekdok adalah
majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau
sebaliknya.
Contoh:
Sudah seminggu ini
Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang
hidung)
Indonesia berhasil
memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu bulu
tangkis)
a.Pars pro toto
adalah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan. Contoh:
Jauh-jauh telah
kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.
Selama ini kemana
saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu menanyakan kau.
Ia harus bekerja
keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.
Kita akan
mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk
itu biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp 1.500,00
b.Totem pro parte
adalah majas penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian saja. Contoh:
Dalam musim
kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita
harus tampil sebagai juara satu.
Dalam pertandingan
musim lalu, Indonesia dapat meraih medali emas.
3. Alusio
Alusio adalah majas
yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan
menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun
yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.
Contoh:
Menggantang asap
saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)
Ah, kau ni memang
tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)
4. Eufemisme
Eufemisme adalah
majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak
menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang
dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Contoh:
Orang itu memang
bertukar akal. (Pengganti gila)
Kalau dalam hutan
jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)
Pemerintah telah
mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti menaikkan)
D. Majas Perulangan
Contoh:
Yang kaya merasa
dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
MACAM MACAM JENIS KATA
Menurut jenisnya,
dalam bahasa Indonesia kata dapat dibedakan menjadi 11 jenis, yaitu : Kata
Benda, Kata Kerja, Kata Sifat, Kata Ganti, Kata Keterangan, Kata Bilangan, Kata
Sambung, Kata Depan, Kata Sandang, Kata Seru, Kata Tanya.
1. Kata Benda
Kata benda adalah
nama dari semua benda dan segala yang dibendakan. Menurut wujudnya, kata benda
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kata benda
konkrit
Kata benda konkrit
ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan dengan jelas and dapat
ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya.
b. Kata benda
abstrak
Kata benda abstrak
ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak kelihatan dan tidak dapat
ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara, ilmu,
dan sebagainya.
Ciri-ciri kata
benda :
1) Kata tersebut
terbentuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an dan –nya.
2) Kata-kata
tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang + kata sifat.
2. Kata Kerja
Kata kerja adalah
kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga disebut verba. Kata
kerja dibedakan menjadi dua, yaitu :
Kata kerja
transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh: membeli,
menabrak, menangkap, dan sebagainya.
Kata kerja
intransitif adalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung oleh objek.
Contoh: menyanyi, menari, berubah, dan sebagainya.
Ciri-ciri kata
kerja:
1) Kata tersebut
terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan, di-kan, ber-an,
memper-kan, diper-kan, dan memper-i.
2) Kata tersebut
dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir, dan segera.
3) Kata tersebut
dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan + kata sifat. Contoh :
menghitung dengan teliti, lari dengan
cepat, dan sebagainya.
3. Kata Sifat
Kata sifat adalah
kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda atau sesuatu yang
dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva. Menurut bentuknya, kata sifat
dibedakan menjadi :
Kata sifat yang
terbentuk dari kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan sebagainya.
Kata sifat yang
terbentuk dari kata jadian. Contoh : terindah, mengecil, terbaru, dan
sebagainya.
Kata sifat yang
terbentuk dari kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan, pontang-panting,
gelap-gulita dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk
dari kata serapan. Contoh : amoral, kreatif, super, dan sebagainya.
Kata sifat yang
terbentuk dari frase atau kelompok kata. Contoh : murah hati, keras kepala,
kepala batu, dan sebagainya
Ciri-ciri kata
sifat:
1) Kata tersebut
terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang mengandung arti paling.
2) Kata tersebut
dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih, agak, paling,
sangat, cukup.
3) Kata tersebut
dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi (pengulangan kata) + nya.
Contoh : secantik-cantiknya,
setinggi-tingginya, dan sebagainya.
4. Kata Ganti
Kata ganti adalah
kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
Kata ganti dibedakan menjadi :
a. Kata ganti orang
Ialah kata ganti
yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama benda-benda lain. Kata
ganti orang dibagi lagi menjadi :
Kata ganti orang
pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan sebagainya
Kata ganti orang
pertama jamak, yaitu : kami, kita.
Kata ganti orang
kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan sebagainya.
Kata ganti orang
kedua jamak, yaitu : kalian
Kata ganti orang
ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau
Kata ganti orang
ketiga jamak, yaitu : mereka
b. Kata ganti
kepunyaan
Kata ganti
kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Contoh
: Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya.
c. Kata ganti
petunjuk
Kata ganti petunjuk
ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu tempat atau benda. Contoh
: ini, itu, sana, dan sebagainya.
d. Kata ganti
penghubung
Kata ganti
penghubungialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak kalimat dengan
induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu : yang, tempat,
waktu.
Contoh : Baju Rafi
yang berwarna merah itu mahal harganya.
Kantor Kabupaten tempat ayahku
bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
Tadi pagi, waktu ayah pergi
tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
e. Kata ganti tanya
Kata ganti tanya
ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang benda, orang atau
tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa.
f. Kata ganti tak
tentu
Kata ganti tak
tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan benda
atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-masing, seseorang,
sesuatu, para, dan sebagainya.
5. Kata Keterangan
Kata keterangan
adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan keterangan terhadap selain
kata benda. Dengan kata lain, kata ketereangan adalah semua kata yang memberi
keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata bilangan atau seluruh kalimat.
Kata keterangan
dapat dibedakan menjadi banyak bagian, diantaranya yaitu :
Kata keterangan
tempat ialah semua kata yang menjelaskan suatu tempat lokasi, misalnya :
disini, disitu, di rumah, dan sebagainya.
Kata keterangan
waktu ialah semua kata yang menjelaskan berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang
teretntu, misalnya : sekarang, nanti, minggu depan, dan sebagainya.
Kata keterangan
alat ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu berlangsung. Contoh :
dengan tongkat, dengan pisau, dengan membabi buta, dan sebagainya.
Kata keterangan
syarat ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah
syarat-syarat tertentu, misalnya : jikalau, seandainya, bila, dan sebagainya.
Kata keterangan
sebab ialah kata yang memberi keterangan
mengapa sesuatu itu bisa berlangsung, misalnya : sebab, karena, oleh karena
itu, dan sebagainya.
6. Kata Bilangan
Kata bilangan
adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau tingkatan suatu
benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian, yaitu :
Kata bilangan utama
ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah dalam angka. Contoh : satu,
seratus, seribu, dan sebagainya.
Kata bilangan
bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan atau susunan jumlah
sesuatu. Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan sebagainya.
Kata bilangan tak
tentu ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu.
Contoh : beberapa, sebagian, segerombolan, dan sebagainya.
Kata bilangan
bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk pada satuan objeknya,
yaitu : sehelai, secarik, sekuntung, sebutir, seonggok, sebuah, sepiring, dan
sebagainya.
7. Kata Sambung
Kata sambung adalah
kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian dalam kalimat atau
menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain bahkan satu paragraf
dengan paragraf yang lain.
Berdasarkan
jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
Kata sambung
menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta
Kata sambung
menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi, melainkan, tidak hanya,
dan sebagainya.
Kata sambung
menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah, sehabis, dan sebagainya.
Kata sambung
menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan sebagainya.
Kata sambung
menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun
Kata sambung
menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak, dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan penjelas, contoh : bahwa
Kata sambung
menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon, dan sebagainya
8. Kata Depan
Kata depan adalah
kata yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu dengan kata/kelompok
kata yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan jenis hubungannya. Pada
umumnya, kata depan berfungsi merangkaikan kata benda atau kata yang dibendakan
dengan jenis kata lain. Adapun cara penulisan kata depan adalah harus
dipisahkan dengan kata yang mengikutinya.
Berdasarkan
fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
Di, ke, dari,
Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan
tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh : di Jakarta, ke Surabaya, dari
Bandung.
Pada, Kata depan
ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu
atau kiasan. Dipergunakan kata depan pada untuk menggantikan kata depan di atau
kata depan yang lain, contoh : pada suatu hari, pada bapak, dan sebagainya.
Dengan, Kata depan
ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara. Contoh : saya berjalan dengan
cepat.
Untuk, kepada,
buat, tentang, akan, kepada, Kata depan ini digunakan sebagai pengantar objek
tak langsung. Contoh : kami berdiskusi tentang pelajaran.
9. Kata Sandang
Kata sandang
sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai fungsi, yaitu
menjadikan sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang Pencipta
alam.
10. Kata Seru
Kata seru adalah
kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu, yaitu seruan yang
terdapat dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering digunakan adalah
partikel lah. Selain partikel lah, macam-macam kalimat seru yang biasa
digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh, amboi,
aduhai, masya Allah, dan sebagainya. Contoh :
- Hai, datanglah
kemari!
- Pergilah ke
sekolah!
11. Kata Tanya
Kata Tanya adalah
uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya. Macam-macam kata tanya :
Apa, Digunakan
untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau lakukan ?
Siapa, Digunakan
untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa nama adikmu ?
Kapan, Digunakan
untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ?
Berapa, Digunakan
untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ?
Dimana, Digunakan
untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ?
Bagaimana,
Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar pamanmu
?
Mengapa, Digunakan
untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu tidak masuk sekolah kemarin ?
MAJAS / GAYA BAHASA
Majas/Gaya bahasa
adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal
lain yang lebih umum.
Majas dapat
digolongkan sebagai berikut:
1.Majas
perbandingan
2.Majas
pertentangan
3.Majas pertautan
4.Majas perulangan
A. Majas
Perbandingan
Majas perbandingan
terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Majas
Perumpamaan
Perumpamaan adalah
perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja dianggap
sama.
Contoh:
Bak mencari kutu
dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang mustahil)
Bagai kambing
dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh atau diajak mengerjakan sesuatu)
Semanis madu.
Sedalam laut.
Secantik bidadari.
Sesegar udara pagi.
2. Metafora
Metafora adalah
perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang
berbeda. Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan
antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya
Contoh:
Kapan Anda bertemu
dengan lintah darat itu?
Siti adalah kembang
desa di sini.
Kelaparan masih
tetap menghantui rakyat Etiopia.
Nina tangkai
hati ibu.
3. Personifikasi
Personifikasi
adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah
hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
Peluru
mengoyak-ngoyak dada musuh.
Banjir besar telah
menelan seluruh harta penduduk.
Matahari mulai
merangkak ke atas.
Kabut tebal
menyelimuti desa kami.
4. Alegori
Alegori pada
umumnya menganding sifat-sifat moral manusia.
Contoh:
Mendayung bahtera
rumah tangga. (Perbandingan yang utuh bagi seseorang dalam rumah tangga)
B. Majas
Pertentangan
Majas pertentangan
terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
1. Hiperbola
Hiperbola adalah
majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
Contoh:
Keringatnya
menganak sungai.
Suaranya
menggelegar membelah angkasa.
2. Litotes
Litotes adalah
majas yang menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu
dengan memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga
hiperbola negatif.
Contoh:
Tapi, maaf kami tak
dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang
ada.
Tentu saja karangan
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya
terima dengan senang hati.
3. Ironi
Ironi adalah majas
yang menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud
menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran.
Contoh:
Bagus benar
ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati.
Kau memang pandai, mengerjakan
soal itu tak satupun ada yang betul.
4. Antonomasia
Antonomasia adalah
penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
Sssssttt, lihat! Si
cerewet datang. Kalian tidak perlu bertanya.
Macam-macam! Biar
si gendut saja nanti yang menghadapinya.
Kemarin saya lihat
si Kacamata hitam keluar bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?
5. Oksimoron
Oksimoron adalah
pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang
mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh:
Memang benar
musyawarah itu merupakan wadah untuk mencari kesepakatan. Namun tidak jarang
menjadi wadah pertentangan para pesertanya.
Siaran radio dapat
dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat
untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
Olahraga mendaki
bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya.
6. Paradoks
Paradoks adalah
pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi
mengandung kebenaran.
Contoh:
Memang hidupnya
mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi mereka tidak berbahagia. Tidak
tahu mengapa, mungkin karena belum mempunyai anak.
Walaupun ia tinggal
di kota besar, kota metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita padaku
katanya kesepian.
7. Kontradiksio
Kontradiksio adalah
pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih
dulu sebagai pengecualian.
Contoh:
Sebenarnya semua
saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja
karena malasnya.
Malam itu gelap
gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.
C. Majas Pertautan
Majas pertautan
dibedakan menjadi:
1. Metonimia
Metonimia adalah
majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang
atau hal, sesuai penggantinya.
Contoh:
Ayah suka mengisap
gudang garam. (Maksudnya rokok)
Si Jangkung dipakai
sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.
2. Sinekdok
Sinekdok adalah
majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau
sebaliknya.
Contoh:
Sudah seminggu ini
Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang
hidung)
Indonesia berhasil
memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu bulu
tangkis)
a.Pars pro toto
adalah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan. Contoh:
Jauh-jauh telah
kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.
Selama ini kemana
saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu menanyakan kau.
Ia harus bekerja
keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.
Kita akan
mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk
itu biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp 1.500,00
b.Totem pro parte
adalah majas penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian saja. Contoh:
Dalam musim
kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita
harus tampil sebagai juara satu.
Dalam pertandingan
musim lalu, Indonesia dapat meraih medali emas.
3. Alusio
Alusio adalah majas
yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan
menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun
yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.
Contoh:
Menggantang asap
saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)
Ah, kau ni memang
tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)
4. Eufemisme
Eufemisme adalah
majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak
menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang
dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Contoh:
Orang itu memang
bertukar akal. (Pengganti gila)
Kalau dalam hutan
jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)
Pemerintah telah
mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti menaikkan)
D. Majas Perulangan
Contoh:
Yang kaya merasa
dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
MACAM MACAM JENIS KATA
Menurut jenisnya,
dalam bahasa Indonesia kata dapat dibedakan menjadi 11 jenis, yaitu : Kata
Benda, Kata Kerja, Kata Sifat, Kata Ganti, Kata Keterangan, Kata Bilangan, Kata
Sambung, Kata Depan, Kata Sandang, Kata Seru, Kata Tanya.
1. Kata Benda
Kata benda adalah
nama dari semua benda dan segala yang dibendakan. Menurut wujudnya, kata benda
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kata benda
konkrit
Kata benda konkrit
ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan dengan jelas and dapat
ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya.
b. Kata benda
abstrak
Kata benda abstrak
ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak kelihatan dan tidak dapat
ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara, ilmu,
dan sebagainya.
Ciri-ciri kata
benda :
1) Kata tersebut
terbentuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an dan –nya.
2) Kata-kata
tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang + kata sifat.
2. Kata Kerja
Kata kerja adalah
kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga disebut verba. Kata
kerja dibedakan menjadi dua, yaitu :
Kata kerja
transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh: membeli,
menabrak, menangkap, dan sebagainya.
Kata kerja
intransitif adalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung oleh objek.
Contoh: menyanyi, menari, berubah, dan sebagainya.
Ciri-ciri kata
kerja:
1) Kata tersebut
terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan, di-kan, ber-an,
memper-kan, diper-kan, dan memper-i.
2) Kata tersebut
dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir, dan segera.
3) Kata tersebut
dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan + kata sifat. Contoh :
menghitung dengan teliti, lari dengan
cepat, dan sebagainya.
3. Kata Sifat
Kata sifat adalah
kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda atau sesuatu yang
dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva. Menurut bentuknya, kata sifat
dibedakan menjadi :
Kata sifat yang
terbentuk dari kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan sebagainya.
Kata sifat yang
terbentuk dari kata jadian. Contoh : terindah, mengecil, terbaru, dan
sebagainya.
Kata sifat yang
terbentuk dari kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan, pontang-panting,
gelap-gulita dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk
dari kata serapan. Contoh : amoral, kreatif, super, dan sebagainya.
Kata sifat yang
terbentuk dari frase atau kelompok kata. Contoh : murah hati, keras kepala,
kepala batu, dan sebagainya
Ciri-ciri kata
sifat:
1) Kata tersebut
terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang mengandung arti paling.
2) Kata tersebut
dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih, agak, paling,
sangat, cukup.
3) Kata tersebut
dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi (pengulangan kata) + nya.
Contoh : secantik-cantiknya,
setinggi-tingginya, dan sebagainya.
4. Kata Ganti
Kata ganti adalah
kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
Kata ganti dibedakan menjadi :
a. Kata ganti orang
Ialah kata ganti
yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama benda-benda lain. Kata
ganti orang dibagi lagi menjadi :
Kata ganti orang
pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan sebagainya
Kata ganti orang
pertama jamak, yaitu : kami, kita.
Kata ganti orang
kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan sebagainya.
Kata ganti orang
kedua jamak, yaitu : kalian
Kata ganti orang
ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau
Kata ganti orang
ketiga jamak, yaitu : mereka
b. Kata ganti
kepunyaan
Kata ganti
kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Contoh
: Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya.
c. Kata ganti
petunjuk
Kata ganti petunjuk
ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu tempat atau benda. Contoh
: ini, itu, sana, dan sebagainya.
d. Kata ganti
penghubung
Kata ganti
penghubungialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak kalimat dengan
induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu : yang, tempat,
waktu.
Contoh : Baju Rafi
yang berwarna merah itu mahal harganya.
Kantor Kabupaten tempat ayahku
bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
Tadi pagi, waktu ayah pergi
tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
e. Kata ganti tanya
Kata ganti tanya
ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang benda, orang atau
tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa.
f. Kata ganti tak
tentu
Kata ganti tak
tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan benda
atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-masing, seseorang,
sesuatu, para, dan sebagainya.
5. Kata Keterangan
Kata keterangan
adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan keterangan terhadap selain
kata benda. Dengan kata lain, kata ketereangan adalah semua kata yang memberi
keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata bilangan atau seluruh kalimat.
Kata keterangan
dapat dibedakan menjadi banyak bagian, diantaranya yaitu :
Kata keterangan
tempat ialah semua kata yang menjelaskan suatu tempat lokasi, misalnya :
disini, disitu, di rumah, dan sebagainya.
Kata keterangan
waktu ialah semua kata yang menjelaskan berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang
teretntu, misalnya : sekarang, nanti, minggu depan, dan sebagainya.
Kata keterangan
alat ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu berlangsung. Contoh :
dengan tongkat, dengan pisau, dengan membabi buta, dan sebagainya.
Kata keterangan
syarat ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah
syarat-syarat tertentu, misalnya : jikalau, seandainya, bila, dan sebagainya.
Kata keterangan
sebab ialah kata yang memberi keterangan
mengapa sesuatu itu bisa berlangsung, misalnya : sebab, karena, oleh karena
itu, dan sebagainya.
6. Kata Bilangan
Kata bilangan
adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau tingkatan suatu
benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian, yaitu :
Kata bilangan utama
ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah dalam angka. Contoh : satu,
seratus, seribu, dan sebagainya.
Kata bilangan
bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan atau susunan jumlah
sesuatu. Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan sebagainya.
Kata bilangan tak
tentu ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu.
Contoh : beberapa, sebagian, segerombolan, dan sebagainya.
Kata bilangan
bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk pada satuan objeknya,
yaitu : sehelai, secarik, sekuntung, sebutir, seonggok, sebuah, sepiring, dan
sebagainya.
7. Kata Sambung
Kata sambung adalah
kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian dalam kalimat atau
menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain bahkan satu paragraf
dengan paragraf yang lain.
Berdasarkan
jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
Kata sambung
menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta
Kata sambung
menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi, melainkan, tidak hanya,
dan sebagainya.
Kata sambung
menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah, sehabis, dan sebagainya.
Kata sambung
menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan sebagainya.
Kata sambung
menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun
Kata sambung
menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak, dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan penjelas, contoh : bahwa
Kata sambung
menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan sebagainya
Kata sambung
menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon, dan sebagainya
8. Kata Depan
Kata depan adalah
kata yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu dengan kata/kelompok
kata yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan jenis hubungannya. Pada
umumnya, kata depan berfungsi merangkaikan kata benda atau kata yang dibendakan
dengan jenis kata lain. Adapun cara penulisan kata depan adalah harus
dipisahkan dengan kata yang mengikutinya.
Berdasarkan
fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
Di, ke, dari,
Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan
tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh : di Jakarta, ke Surabaya, dari
Bandung.
Pada, Kata depan
ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu
atau kiasan. Dipergunakan kata depan pada untuk menggantikan kata depan di atau
kata depan yang lain, contoh : pada suatu hari, pada bapak, dan sebagainya.
Dengan, Kata depan
ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara. Contoh : saya berjalan dengan
cepat.
Untuk, kepada,
buat, tentang, akan, kepada, Kata depan ini digunakan sebagai pengantar objek
tak langsung. Contoh : kami berdiskusi tentang pelajaran.
9. Kata Sandang
Kata sandang
sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai fungsi, yaitu
menjadikan sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang Pencipta
alam.
10. Kata Seru
Kata seru adalah
kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu, yaitu seruan yang
terdapat dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering digunakan adalah
partikel lah. Selain partikel lah, macam-macam kalimat seru yang biasa
digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh, amboi,
aduhai, masya Allah, dan sebagainya. Contoh :
- Hai, datanglah
kemari!
- Pergilah ke
sekolah!
11. Kata Tanya
Kata Tanya adalah
uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya. Macam-macam kata tanya :
Apa, Digunakan
untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau lakukan ?
Siapa, Digunakan
untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa nama adikmu ?
Kapan, Digunakan
untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ?
Berapa, Digunakan
untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ?
Dimana, Digunakan
untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ?
Bagaimana,
Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar pamanmu
?
Mengapa, Digunakan
untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu tidak masuk sekolah kemarin ?