Akulturasi
Budaya Islam
A.
Akulturasi Budaya Islam dengan Jawa
atau Hindu-Buddha
1.Masjid Menara Kudus
1.Masjid Menara Kudus
Masjid Kudus merupakan perwujudan bangunan
hasil akulturasi antara dua kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam. Budaya
Hindu-Jawa sendiri tercermin dari bangunan yang mirip candi. Sedangkan budaya
Islam tercermin dari penggunaannya untuk adzan dan beribadah bagi umat muslim.
Cerminan akulturasi dari masjid ini juga tercermin dari corak bagian gapura dan
juga pada bagian dalam masjid yang memiliki sepasang gapura kuno yang disebut
dengan "Lawang Kembar".
2. Masjid Agung Demak
Masjid yang berada di Kabupaten Demak, Jawa Tengah
ini memiliki keunikan pada atapnya. Alih-alih menggunakan kubah melengkung pada bagian
atap, masjid kebanggaan Kota Wali ini berupa tajug tumpang tiga yang berbentuk
segi empat, mirip bangunan suci umat Hindu. Walaupun sebenarnya tajug tumpang
tiga juga memiliki makna Islam,Iman, dan Ikhsan.
3. Makam
Pada makam Islam sering kita jumpai bangunan
kijing atau jirat (bangunan makam yang terbuat dari tembok batu bata) yang
kadang-kadang disertai bangunan rumah (cungkup) di atasnya. Dalam ajaran Islam
tidak ada aturan tentang adanya kijing atau cungkup. Adanya bangunan tersebut
merupakan ciri bangunan candi dalam ajaran Hindu-Budha. Tidak berbeda dengan
candi, makam Islam, terutama makam para raja, biasanya dibuat dengan megah dan
lengkap dengan keluarga dan para pengiringnya. Setiap keluarga dipisahkan oleh
tembok dengan gapura (pintu gerbang) sebagai penghubungnya. Gapura itu
belanggam seni zaman pra-Islam, misalnya ada yang berbentuk kori agung (beratap
dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi.
4. Pewayangan
Wayang merupakan salah satu contoh budaya pra-Islam.
Namun, saat Islam dating, wayang ini tidak dihilangkan dengan begitu saja.
Wayang digunakan sebagai sarana dakwah bagi para wali agar masyarakat Jawa
tertarik untuk masuk agama Islam, misalnya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.
Dengan begitu muncullah tokoh tokoh pewayangan baru dan cerita cerita baru yang
berkaitan dengan Islam.
5. Seni Ukir Kaligrafi
Pada masa perkembangan Islam, seni ukir yang
berupa patung adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan. Apalagi jika berupa
makhluk hidup maupun manusia secara nyata, oleh karena itu munculah perpaduan
diantaranya. Yakni seni ukir berupa rangkaian huruf arab (Kaligrafi)
6. Kalender Jawa
Sultan Agung dari Kerajaan Mataram yang saat itu
menjabat, membuat sebuah terobosan di mana beliau membuat sistem penanggalan
yang merupakan bagian dari kalender Saka (Hindu) dan kalender Hijriah dan
diberi nama Kalender Jawa. Beliau mengubah nama bulan dari kata misalnya dari
Muharam menjadi Syura, Ramadhan menjadi Pasa, dll. Sampai sekarang, penanggalan
tersebut masih digunakan dan mendarah daging di Jawa.
7. Tahlilan
Tahlilan adalah upacara selamatan yang dilakukan
sebagian umat Islam, untuk memperingati dan
mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya dilakukan pada hari
pertama kematian hingga hari
ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun
pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Sebenarnya, peringatan
7, 40, dan 100 hari merupakan tradisi Indonesia pra-Islam, yakni budaya lokal
yang telah bersatu dengan tradisi Hindu-Buddha dan sudah ada sejak dahulu,
tetapi saat ini tetap dilakukan dengan penyesuaian, seperti dengan membaca ayat
ayat sesuai syariat Islam.
8.
Sekatenan
Acara ini diciptakan oleh Sunan Bonang guna
memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Akulturasi Hindu-Buddha sangat kental
dalam acara ini. Mengingat hal-hal seperti tumpeng dan pertunjukan gamelan
serta wayang yang ditampilkan dalam Sekaten merupakan tradisi nenek moyang
kita, sedangkan acara memperingati kelahiran Rasulullah SAW sendiri merupakan
acara keagamaan Islam.
9.
Tingkeban (Mitoni)
Merupakan upacara adat
saat bayi berusia 7 bulan dalam kandungan. Upacara tingkeban ini biasanya
dilakukan dengan pembacaan nyanyian perjanjen dengan alat tamburin kecil
(Bagelen,Purworejo). Nyanyian perjanjen ini sesungguhnya merupakan riwayat Nabi
Muhammad Saw. Yang kitab Barzanji.
10.
Nyadran (Ruwahan)
Ruwahan adalah salah satu
tradisi jawa yang terakulturasi oleh budaya Islam. Tradisi ini dilakukan untuk
mendoakan seseorang yang telah meninggal. Biasanya dilakukan mulai pertengahan
bulan Ruwah (Sya’ban) dengan membagikan sedekah biasanya berupa kue apem,
pisang, kolak maupun ketan. Dimana makanan dan minuman tersebut memiliki makna
tersendiri dibaliknya.
B.
Akulturasi Budaya Islam dengan
Animisme dan Dinamisme
1.
Makam
Hingga saat ini masih
banyak orang di Indonesia yang mengunjungi makam tokoh tokoh ulama yang ada di
tempat tempat ketinggian / bukit. Hal ini dilakukan karena, mereka menganggap
seseorang itu merupakan orang yang dihormati. Walaupun dimakamkan dengan bentuk
makam dan cara memakamkan secara Islam, tetapi pemakaman di atas bukit ini
masih menunjukkan kesinambungan tradisi yang mengandung unsur kepercayaan pada
ruh nenek moyang yang sebenarnya telah dikenal dalam pengejawantahan pendirian
punden berundak zaman Megalithikum.
2.
Sedekah Laut
Pesta Sedekah Laut biasa diadakan pada bulan Syawal yaitu digelar pada
seminggu setelah Lebaran (Hari Raya Idul Fitri). Tradisi ini digelar sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Allah swt. dan diungkapkan juga melalui doa doa. Sebenarnya
tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang . Jadi, tradisi ini adalah
tradisi nenek moyang yang berakulturasi dengan budaya Islam. Sehingga dalam
pelaksaannya pun menggunakan doa doa Islam.
3.
Nyekar
Tradisi Nyekar (tabur bunga) ini dilakukan
masyarakat dengan cara menaburkan berbagai macam jenis bunga di permukaan makam
sang ahli kubur. Jika dilihat dari sudut pandang sejarah masuknya Islam,
tradisi ini sudah muncul ketika masa pra Islam dimana pada saat itu masyarakat
Indonesia yang lebih tepatnya di daerah Jawa menganut kepercayaan animisme yang
artinya percaya terhadap adanya roh-roh halus pada benda, binatang, tumbuhan
maupun manusia. Yang dilakukan para wali adalah tidak menghilangkan
kebudayaan asli masyarakat dan lebih memilih memasukkan ajaran Islam ke dalam
ritual tersebut, contohnya adalah nyekar dengan doa doa Islam dan tanpa niat
untuk memuja roh halus.
4. Sedekah Gunung
5. Sedekah Laut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar