Minggu, 05 Maret 2017

Rangkuman Materi : Gaya Bahasa dan Jenis kata

MAJAS / GAYA BAHASA
Majas/Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.
Majas dapat digolongkan sebagai berikut:
1.Majas perbandingan
2.Majas pertentangan
3.Majas pertautan
4.Majas perulangan

A. Majas Perbandingan
Majas perbandingan terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Majas Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja dianggap sama.
Contoh:
Bak mencari kutu dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang mustahil)
Bagai kambing dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh atau diajak mengerjakan sesuatu)
Semanis madu.
Sedalam laut.
Secantik bidadari.
Sesegar udara pagi.

2. Metafora
Metafora adalah perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang berbeda. Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya
Contoh:
Kapan Anda bertemu dengan lintah darat itu?
Siti adalah kembang desa di sini.
Kelaparan masih tetap menghantui  rakyat Etiopia.
Nina tangkai hati  ibu.

3. Personifikasi
Personifikasi adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
Banjir besar telah menelan seluruh harta penduduk.
Matahari mulai merangkak  ke atas.
Kabut tebal menyelimuti desa kami.

4. Alegori
Alegori pada umumnya menganding sifat-sifat moral manusia.
Contoh:
Mendayung bahtera rumah tangga. (Perbandingan yang utuh bagi seseorang dalam rumah tangga)

B. Majas Pertentangan
Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
1. Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
Contoh:
Keringatnya menganak sungai.
Suaranya menggelegar membelah angkasa.

2. Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu dengan memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga hiperbola negatif.
Contoh:
Tapi, maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang ada.
Tentu saja karangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya terima dengan senang hati.

3. Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran.
Contoh:
Bagus benar ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati.
Kau memang pandai, mengerjakan soal itu tak satupun ada yang betul.

4. Antonomasia
Antonomasia adalah penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
Sssssttt, lihat! Si cerewet datang. Kalian tidak perlu bertanya.
Macam-macam! Biar si gendut saja nanti yang menghadapinya.
Kemarin saya lihat si Kacamata hitam keluar bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?

5. Oksimoron
Oksimoron adalah pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh:
Memang benar musyawarah itu merupakan wadah untuk mencari kesepakatan. Namun tidak jarang menjadi wadah pertentangan para pesertanya.
Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
Olahraga mendaki bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya.

6. Paradoks
Paradoks adalah pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi mengandung kebenaran.
Contoh:
Memang hidupnya mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi mereka tidak berbahagia. Tidak tahu mengapa, mungkin karena belum mempunyai anak.
Walaupun ia tinggal di kota besar, kota metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita padaku katanya kesepian.

7. Kontradiksio
Kontradiksio adalah pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih dulu sebagai pengecualian.
Contoh:
Sebenarnya semua saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja karena malasnya.
Malam itu gelap gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.

C. Majas Pertautan
Majas pertautan dibedakan menjadi:
1. Metonimia
Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal, sesuai penggantinya.
Contoh:
Ayah suka mengisap gudang garam. (Maksudnya rokok)
Si Jangkung dipakai sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.

2. Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.
Contoh:
Sudah seminggu ini Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang hidung)
Indonesia berhasil memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu bulu tangkis)
a.Pars pro toto adalah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan. Contoh:
Jauh-jauh telah kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.
Selama ini kemana saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu menanyakan kau.
Ia harus bekerja keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.
Kita akan mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk itu biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp 1.500,00
b.Totem pro parte adalah majas penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian saja. Contoh:
Dalam musim kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita harus tampil sebagai juara satu.
Dalam pertandingan musim lalu, Indonesia dapat meraih medali emas.

3. Alusio
Alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.
Contoh:
Menggantang asap saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)
Ah, kau ni memang tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)

4. Eufemisme
Eufemisme adalah majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Contoh:
Orang itu memang bertukar akal. (Pengganti gila)
Kalau dalam hutan jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)
Pemerintah telah mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti menaikkan)

D. Majas Perulangan

Contoh:
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.



MACAM MACAM JENIS KATA

Menurut jenisnya, dalam bahasa Indonesia kata dapat dibedakan menjadi 11 jenis, yaitu : Kata Benda, Kata Kerja, Kata Sifat, Kata Ganti, Kata Keterangan, Kata Bilangan, Kata Sambung, Kata Depan, Kata Sandang, Kata Seru, Kata Tanya.

1. Kata Benda
Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan. Menurut wujudnya, kata benda dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kata benda konkrit
Kata benda konkrit ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan dengan jelas and dapat ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya.
b. Kata benda abstrak
Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak kelihatan dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara, ilmu, dan sebagainya.
Ciri-ciri kata benda :
1) Kata tersebut terbentuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an dan –nya.
2) Kata-kata tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang + kata sifat.
2. Kata Kerja
Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga disebut verba. Kata kerja dibedakan menjadi dua, yaitu :
Kata kerja transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh: membeli, menabrak, menangkap, dan sebagainya.
Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung oleh objek. Contoh: menyanyi, menari, berubah, dan sebagainya. 
Ciri-ciri kata kerja:
1) Kata tersebut terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan, di-kan, ber-an,
     memper-kan, diper-kan, dan memper-i.
2) Kata tersebut dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir, dan segera.
3) Kata tersebut dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan + kata sifat. Contoh :
     menghitung dengan teliti, lari dengan cepat, dan sebagainya.
3. Kata Sifat
Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva. Menurut bentuknya, kata sifat dibedakan menjadi :
Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian. Contoh : terindah, mengecil, terbaru, dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan, pontang-panting, gelap-gulita dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan. Contoh : amoral, kreatif, super, dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari frase atau kelompok kata. Contoh : murah hati, keras kepala, kepala batu, dan sebagainya
Ciri-ciri kata sifat:
1) Kata tersebut terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang mengandung arti paling.
2) Kata tersebut dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih, agak, paling,
     sangat, cukup.
3) Kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi (pengulangan kata) + nya.   
     Contoh : secantik-cantiknya, setinggi-tingginya, dan sebagainya.
4. Kata Ganti
Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ganti dibedakan menjadi :
a. Kata ganti orang
Ialah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama benda-benda lain. Kata ganti orang dibagi lagi menjadi :
Kata ganti orang pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan sebagainya
Kata ganti orang pertama jamak, yaitu : kami, kita.
Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan sebagainya.
Kata ganti orang kedua jamak, yaitu : kalian
Kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau
Kata ganti orang ketiga jamak, yaitu : mereka
b. Kata ganti kepunyaan
Kata ganti kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Contoh : Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya.
c. Kata ganti petunjuk
Kata ganti petunjuk ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu tempat atau benda. Contoh : ini, itu, sana, dan sebagainya.
d. Kata ganti penghubung
Kata ganti penghubungialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu : yang, tempat, waktu.
Contoh : Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya.
                Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
                Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
e. Kata ganti tanya
Kata ganti tanya ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang benda, orang atau tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa.
f. Kata ganti tak tentu
Kata ganti tak tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan benda atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-masing, seseorang, sesuatu, para, dan sebagainya.
5. Kata Keterangan
Kata keterangan adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan keterangan terhadap selain kata benda. Dengan kata lain, kata ketereangan adalah semua kata yang memberi keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata bilangan atau seluruh kalimat.
Kata keterangan dapat dibedakan menjadi banyak bagian, diantaranya yaitu :
Kata keterangan tempat ialah semua kata yang menjelaskan suatu tempat lokasi, misalnya : disini, disitu, di rumah, dan sebagainya.
Kata keterangan waktu ialah semua kata yang menjelaskan berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang teretntu, misalnya : sekarang, nanti, minggu depan, dan sebagainya.
Kata keterangan alat ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu berlangsung. Contoh : dengan tongkat, dengan pisau, dengan membabi buta, dan sebagainya.
Kata keterangan syarat ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat tertentu, misalnya : jikalau, seandainya, bila, dan sebagainya.
Kata keterangan sebab  ialah kata yang memberi keterangan mengapa sesuatu itu bisa berlangsung, misalnya : sebab, karena, oleh karena itu, dan sebagainya.
6. Kata Bilangan
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau tingkatan suatu benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
Kata bilangan utama ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah dalam angka. Contoh : satu, seratus, seribu, dan sebagainya.
Kata bilangan bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan atau susunan jumlah sesuatu. Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan sebagainya.
Kata bilangan tak tentu ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu. Contoh : beberapa, sebagian, segerombolan, dan sebagainya.
Kata bilangan bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk pada satuan objeknya, yaitu : sehelai, secarik, sekuntung, sebutir, seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya.
7. Kata Sambung
Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian dalam kalimat atau menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain bahkan satu paragraf dengan paragraf yang lain.
Berdasarkan jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
Kata sambung menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta
Kata sambung menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi, melainkan, tidak hanya, dan sebagainya.
Kata sambung menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah, sehabis, dan sebagainya.
Kata sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan sebagainya
Kata sambung menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan sebagainya
Kata sambung menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan sebagainya.
Kata sambung menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan sebagainya
Kata sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun
Kata sambung menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak, dan sebagainya
Kata sambung menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan sebagainya
Kata sambung menyatakan penjelas, contoh : bahwa
Kata sambung menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan sebagainya
Kata sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon, dan sebagainya
8. Kata Depan
Kata depan adalah kata yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu dengan kata/kelompok kata yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan jenis hubungannya. Pada umumnya, kata depan berfungsi merangkaikan kata benda atau kata yang dibendakan dengan jenis kata lain. Adapun cara penulisan kata depan adalah harus dipisahkan dengan kata yang mengikutinya.
Berdasarkan fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
Di, ke, dari, Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh : di Jakarta, ke Surabaya, dari Bandung.
Pada, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu atau kiasan. Dipergunakan kata depan pada untuk menggantikan kata depan di atau kata depan yang lain, contoh : pada suatu hari, pada bapak, dan sebagainya.
Dengan, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara. Contoh : saya berjalan dengan cepat.
Untuk, kepada, buat, tentang, akan, kepada, Kata depan ini digunakan sebagai pengantar objek tak langsung. Contoh : kami berdiskusi tentang pelajaran.
9. Kata Sandang
Kata sandang sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai fungsi, yaitu menjadikan sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang Pencipta alam.
10. Kata Seru
Kata seru adalah kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu, yaitu seruan yang terdapat dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering digunakan adalah partikel lah. Selain partikel lah, macam-macam kalimat seru yang biasa digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh, amboi, aduhai, masya Allah, dan sebagainya. Contoh :
- Hai, datanglah kemari!
- Pergilah ke sekolah!
11. Kata Tanya
Kata Tanya adalah uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya. Macam-macam kata tanya :
Apa, Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau lakukan ?
Siapa, Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa nama adikmu ?
Kapan, Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ?
Berapa, Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ?
Dimana, Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ?
Bagaimana, Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar pamanmu ?
Mengapa, Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu tidak masuk sekolah kemarin ?


 MAJAS / GAYA BAHASA
Majas/Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.
Majas dapat digolongkan sebagai berikut:
1.Majas perbandingan
2.Majas pertentangan
3.Majas pertautan
4.Majas perulangan

A. Majas Perbandingan
Majas perbandingan terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Majas Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja dianggap sama.
Contoh:
Bak mencari kutu dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang mustahil)
Bagai kambing dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh atau diajak mengerjakan sesuatu)
Semanis madu.
Sedalam laut.
Secantik bidadari.
Sesegar udara pagi.

2. Metafora
Metafora adalah perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang berbeda. Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya
Contoh:
Kapan Anda bertemu dengan lintah darat itu?
Siti adalah kembang desa di sini.
Kelaparan masih tetap menghantui  rakyat Etiopia.
Nina tangkai hati  ibu.

3. Personifikasi
Personifikasi adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
Banjir besar telah menelan seluruh harta penduduk.
Matahari mulai merangkak  ke atas.
Kabut tebal menyelimuti desa kami.

4. Alegori
Alegori pada umumnya menganding sifat-sifat moral manusia.
Contoh:
Mendayung bahtera rumah tangga. (Perbandingan yang utuh bagi seseorang dalam rumah tangga)

B. Majas Pertentangan
Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
1. Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
Contoh:
Keringatnya menganak sungai.
Suaranya menggelegar membelah angkasa.

2. Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu dengan memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga hiperbola negatif.
Contoh:
Tapi, maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang ada.
Tentu saja karangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya terima dengan senang hati.

3. Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran.
Contoh:
Bagus benar ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati.
Kau memang pandai, mengerjakan soal itu tak satupun ada yang betul.

4. Antonomasia
Antonomasia adalah penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
Sssssttt, lihat! Si cerewet datang. Kalian tidak perlu bertanya.
Macam-macam! Biar si gendut saja nanti yang menghadapinya.
Kemarin saya lihat si Kacamata hitam keluar bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?

5. Oksimoron
Oksimoron adalah pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh:
Memang benar musyawarah itu merupakan wadah untuk mencari kesepakatan. Namun tidak jarang menjadi wadah pertentangan para pesertanya.
Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
Olahraga mendaki bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya.

6. Paradoks
Paradoks adalah pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi mengandung kebenaran.
Contoh:
Memang hidupnya mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi mereka tidak berbahagia. Tidak tahu mengapa, mungkin karena belum mempunyai anak.
Walaupun ia tinggal di kota besar, kota metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita padaku katanya kesepian.

7. Kontradiksio
Kontradiksio adalah pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih dulu sebagai pengecualian.
Contoh:
Sebenarnya semua saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja karena malasnya.
Malam itu gelap gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.

C. Majas Pertautan
Majas pertautan dibedakan menjadi:
1. Metonimia
Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal, sesuai penggantinya.
Contoh:
Ayah suka mengisap gudang garam. (Maksudnya rokok)
Si Jangkung dipakai sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.

2. Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.
Contoh:
Sudah seminggu ini Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang hidung)
Indonesia berhasil memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu bulu tangkis)
a.Pars pro toto adalah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan. Contoh:
Jauh-jauh telah kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.
Selama ini kemana saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu menanyakan kau.
Ia harus bekerja keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.
Kita akan mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk itu biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp 1.500,00
b.Totem pro parte adalah majas penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian saja. Contoh:
Dalam musim kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita harus tampil sebagai juara satu.
Dalam pertandingan musim lalu, Indonesia dapat meraih medali emas.

3. Alusio
Alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.
Contoh:
Menggantang asap saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)
Ah, kau ni memang tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)

4. Eufemisme
Eufemisme adalah majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Contoh:
Orang itu memang bertukar akal. (Pengganti gila)
Kalau dalam hutan jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)
Pemerintah telah mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti menaikkan)

D. Majas Perulangan

Contoh:
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.



MACAM MACAM JENIS KATA

Menurut jenisnya, dalam bahasa Indonesia kata dapat dibedakan menjadi 11 jenis, yaitu : Kata Benda, Kata Kerja, Kata Sifat, Kata Ganti, Kata Keterangan, Kata Bilangan, Kata Sambung, Kata Depan, Kata Sandang, Kata Seru, Kata Tanya.

1. Kata Benda
Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan. Menurut wujudnya, kata benda dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kata benda konkrit
Kata benda konkrit ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan dengan jelas and dapat ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya.
b. Kata benda abstrak
Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak kelihatan dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara, ilmu, dan sebagainya.
Ciri-ciri kata benda :
1) Kata tersebut terbentuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an dan –nya.
2) Kata-kata tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang + kata sifat.
2. Kata Kerja
Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga disebut verba. Kata kerja dibedakan menjadi dua, yaitu :
Kata kerja transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh: membeli, menabrak, menangkap, dan sebagainya.
Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung oleh objek. Contoh: menyanyi, menari, berubah, dan sebagainya. 
Ciri-ciri kata kerja:
1) Kata tersebut terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan, di-kan, ber-an,
     memper-kan, diper-kan, dan memper-i.
2) Kata tersebut dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir, dan segera.
3) Kata tersebut dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan + kata sifat. Contoh :
     menghitung dengan teliti, lari dengan cepat, dan sebagainya.
3. Kata Sifat
Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva. Menurut bentuknya, kata sifat dibedakan menjadi :
Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian. Contoh : terindah, mengecil, terbaru, dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan, pontang-panting, gelap-gulita dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan. Contoh : amoral, kreatif, super, dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari frase atau kelompok kata. Contoh : murah hati, keras kepala, kepala batu, dan sebagainya
Ciri-ciri kata sifat:
1) Kata tersebut terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang mengandung arti paling.
2) Kata tersebut dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih, agak, paling,
     sangat, cukup.
3) Kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi (pengulangan kata) + nya.   
     Contoh : secantik-cantiknya, setinggi-tingginya, dan sebagainya.
4. Kata Ganti
Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ganti dibedakan menjadi :
a. Kata ganti orang
Ialah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama benda-benda lain. Kata ganti orang dibagi lagi menjadi :
Kata ganti orang pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan sebagainya
Kata ganti orang pertama jamak, yaitu : kami, kita.
Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan sebagainya.
Kata ganti orang kedua jamak, yaitu : kalian
Kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau
Kata ganti orang ketiga jamak, yaitu : mereka
b. Kata ganti kepunyaan
Kata ganti kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Contoh : Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya.
c. Kata ganti petunjuk
Kata ganti petunjuk ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu tempat atau benda. Contoh : ini, itu, sana, dan sebagainya.
d. Kata ganti penghubung
Kata ganti penghubungialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu : yang, tempat, waktu.
Contoh : Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya.
                Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
                Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
e. Kata ganti tanya
Kata ganti tanya ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang benda, orang atau tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa.
f. Kata ganti tak tentu
Kata ganti tak tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan benda atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-masing, seseorang, sesuatu, para, dan sebagainya.
5. Kata Keterangan
Kata keterangan adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan keterangan terhadap selain kata benda. Dengan kata lain, kata ketereangan adalah semua kata yang memberi keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata bilangan atau seluruh kalimat.
Kata keterangan dapat dibedakan menjadi banyak bagian, diantaranya yaitu :
Kata keterangan tempat ialah semua kata yang menjelaskan suatu tempat lokasi, misalnya : disini, disitu, di rumah, dan sebagainya.
Kata keterangan waktu ialah semua kata yang menjelaskan berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang teretntu, misalnya : sekarang, nanti, minggu depan, dan sebagainya.
Kata keterangan alat ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu berlangsung. Contoh : dengan tongkat, dengan pisau, dengan membabi buta, dan sebagainya.
Kata keterangan syarat ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat tertentu, misalnya : jikalau, seandainya, bila, dan sebagainya.
Kata keterangan sebab  ialah kata yang memberi keterangan mengapa sesuatu itu bisa berlangsung, misalnya : sebab, karena, oleh karena itu, dan sebagainya.
6. Kata Bilangan
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau tingkatan suatu benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
Kata bilangan utama ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah dalam angka. Contoh : satu, seratus, seribu, dan sebagainya.
Kata bilangan bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan atau susunan jumlah sesuatu. Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan sebagainya.
Kata bilangan tak tentu ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu. Contoh : beberapa, sebagian, segerombolan, dan sebagainya.
Kata bilangan bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk pada satuan objeknya, yaitu : sehelai, secarik, sekuntung, sebutir, seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya.
7. Kata Sambung
Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian dalam kalimat atau menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain bahkan satu paragraf dengan paragraf yang lain.
Berdasarkan jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
Kata sambung menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta
Kata sambung menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi, melainkan, tidak hanya, dan sebagainya.
Kata sambung menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah, sehabis, dan sebagainya.
Kata sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan sebagainya
Kata sambung menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan sebagainya
Kata sambung menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan sebagainya.
Kata sambung menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan sebagainya
Kata sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun
Kata sambung menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak, dan sebagainya
Kata sambung menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan sebagainya
Kata sambung menyatakan penjelas, contoh : bahwa
Kata sambung menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan sebagainya
Kata sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon, dan sebagainya
8. Kata Depan
Kata depan adalah kata yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu dengan kata/kelompok kata yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan jenis hubungannya. Pada umumnya, kata depan berfungsi merangkaikan kata benda atau kata yang dibendakan dengan jenis kata lain. Adapun cara penulisan kata depan adalah harus dipisahkan dengan kata yang mengikutinya.
Berdasarkan fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
Di, ke, dari, Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh : di Jakarta, ke Surabaya, dari Bandung.
Pada, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu atau kiasan. Dipergunakan kata depan pada untuk menggantikan kata depan di atau kata depan yang lain, contoh : pada suatu hari, pada bapak, dan sebagainya.
Dengan, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara. Contoh : saya berjalan dengan cepat.
Untuk, kepada, buat, tentang, akan, kepada, Kata depan ini digunakan sebagai pengantar objek tak langsung. Contoh : kami berdiskusi tentang pelajaran.
9. Kata Sandang
Kata sandang sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai fungsi, yaitu menjadikan sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang Pencipta alam.
10. Kata Seru
Kata seru adalah kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu, yaitu seruan yang terdapat dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering digunakan adalah partikel lah. Selain partikel lah, macam-macam kalimat seru yang biasa digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh, amboi, aduhai, masya Allah, dan sebagainya. Contoh :
- Hai, datanglah kemari!
- Pergilah ke sekolah!
11. Kata Tanya
Kata Tanya adalah uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya. Macam-macam kata tanya :
Apa, Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau lakukan ?
Siapa, Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa nama adikmu ?
Kapan, Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ?
Berapa, Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ?
Dimana, Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ?
Bagaimana, Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar pamanmu ?
Mengapa, Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu tidak masuk sekolah kemarin ?