Jumat, 01 Maret 2019

Rangkuman Materi : Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh


Bab 1
Pendahuluan
A.Latar Belakang

Setelah kedatangan Islam, terjadi proses penyebaran yang begitu luas. Akibatnya tumbuh dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam dikepulauan Indonesia. Kerajaan Islam tersebut tumbuh dan berkembang di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
Kerajaan Islam yang berkembang di Sumatra antara lain kerajaan Samudra Pasai, Aceh,dan Perlak. Kerajaan-kerajaan tersebut ada yang tengah mengalami perkembangan bahkan ada yang sedang mengalami keruntuhan karena pergeseran politik satu dengan lainnya. Berdasarkan sumber sejarah lainnya bahkan data arkeologis ada kerajaan Islam yang sudah tumbuh sejak dua abad sebelum kehadiran Tome Pires, yaitu Kerajaan Islam Samudra Pasai.
Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisahkan dari letak geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Malaka yang sudah ada sejak abad-abad pertama Masehi. Sejak abad ke-7 dan ke-8 Masehi para pedagang muslim dari Arabia, Persi (Iran), dan dari negeri-negeri Timur Tengah mulai memegang peranan penting.
Selain Kerajaan Samudra Pasai ada juga Kerajaan Aceh yang didirikan pada tahun 1496. Kerajaan Aceh merupakan kerajaan yang berkembang sebagai kerajaan islam yang mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Karena letaknya strategis yaitu terletak di daerah Sumatra yang dekat dengan letak perdagangan internasional maka dari itu perkembangan kerajaan ini menjadi sangat pesat. Dari latar belakang inilah akan dibahas lebih jauh mengenai kerajaan pertama di Indonesia dan Kerajaan Aceh yang memiliki pengaruh terhadap kerajaan islam lainnya di Nusantara.

B. Rumusan Masalah

·         Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh?
·         Siapa saja sultan-sultan yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh?
·         Seperti apa proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh di segala bidang?
·         Bagaimana keadaan Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh?
·         Faktor apa yang mempengaruhi Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh?
·         Apa saja Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh?

C. Tujuan

·         Mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh
·         Mengetahui puncak kejaan Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh
·         Mengetahui penyebab runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh

 

Bab 2
Pembahasan
1.     Kerajaan Samudra  Pasai
A. Sejarah Berdirinya
            Kesultanan Pasai juga dikenal dengan Samudera Pasai, adalah kerajaan islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila i-Masyriq ( pengembaraan ke Timur ) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304 – 1368 ), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345.

B. Sultan (Raja) yang memimpin
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al-Saleh berkembanglah agama Islam mazhab Syafi’i. Awalnya Sultan Malik Al-Saleh merupakan pemeluk syi’ah yang di bawa dari pedagang-pedagang Gujarat yang datang ke Indonesia pada abad 12. Namun kemudian Sultan Malik Al-Saleh berpindah menjadi memeluk Islam bermazhab Syafi’i atas bujukan Syekh Ismail yang merupakan utusan dinasti mameluk di Mesir yang beraliran mazhab Syafi’i. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al-Saleh juga Samudera Pasai mendapat kunjungan dari Marco Polo.
Setelah Sultan Malik Al Saleh meninggal pada 1297 ia digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad, yang lebih terkenal dengan Sultan Malik Az Zahir yang memerintah sampai tahun 1326. Pada Masa Pemerintahan Sultan Malik Az Zahir ini kerajaan mengalami masa keemasan. Sultan Malik Az Zahir  memperkenalkan pertama kali penggunaan koin emas di lingkungan kerajaan. Hal inilah yang mengakibatkan Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan terbesar di Sumatera pada saat itu. Kerajaan juga menjadi terkenal sebagai tempat penyebaran agama Islam.
Kemudian ia digantikan oleh Sultan Ahmad Bahian Syah Malik Al Tahir dan pada masa pemerintahan beliau Samudra Pasai juga mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah. Ibnu Battutah adalah seorang dari Afrika Utara yang bekerja pada Sultan Delhi di India. Ia mengunjungi Samudra Pasai dalam rangka singgah ketika melakukan perjalanannya ke Cina sebagai utusan Sultan Delhi. Dalam catatan-catatan Ibnu Batutah kita dapat mengetahui bagaimana peranan Samudra Pasai ketika perkembangannya. Sebagai bandar utama perdagangan di pantai timur Sumatra Utara, Samudra Pasai banyak didatangi oleh kapal-kapal dari India, Cina, dan dari daerah-daerah lain di Indonesia. Di bandar tersebut kapal-kapal saling bertemu, transit, membongkar serta memuat barang-barang dagangannya.

C. Perkembangan Kerajaan
Dengan timbulnya Kerajaan Samudera Pasai maka Kesultanan Perlak mengalami kemunduran. Samudra Pasai tampil sebagai bandar dagang utama di pantai timur Sumatera Utara. Samudera Pasai tidak hanya menjadi pusat perdagangan lada ketika itu, tetapi juga sebagai pusat pengembangan agama Islam bermazhab Syafi’i.
   
1. Kehidupan Politik
     Raja pertama Samudera Pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah Silu bergelar Sultan Malik Al-Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al-Saleh, kerajaan tersebut telah memiliki lembaga negara yang teratur dengan angkatan perang laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara politik kerajaan Samudera Pasai masih berada dibawah kekuasaan Majapahit.

2. Kehidupan Ekonomi
     Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera Pasai juga mempersiapkan bandar-bandar yang digunakan untuk :
Ø  Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya.
Ø  Mengurus soal-soal atau masalah-masalah perkapalan.
Ø  Mengumpulkan barang-barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri.
Ø  Menyimpan barang-barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.
    
3. Kehidupan Sosial
     Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan-aturan dan okum-okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.

D. Akhir Pemerintahan
Menjelang masa-masa akhir pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian di Pasai yang mengakibatkan perang saudara. Sultan Pasai meminta bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan tersebut. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.
E. Peninggalan Sejarah                                                          
Penemuan makam Sultan Malik as-Saleh yang bertarikh 696 H atau 1267 M, dirujuk oleh sejarahwan sebagai tanda telah masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-13. Walau ada pendapat bahwa kemungkinan Islam telah datang lebih awal dari itu. Hikayat Raja-raja Pasai memang penuh dengan mitos dan legenda namun deskripsi ceritanya telah membantu dalam mengungkap sisi gelap sejarah akan keberadaan kerajaan ini. Kejayaan masa lalu kerajaan ini telah menginspirasikan masyarakatnya untuk kembali menggunakan nama pendiri kerajaan ini untuk Universitas Malikussaleh di Lhokseumawe.


2.     Kerajaan Aceh

A. Sejarah Berdirinya
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di Indonesia, dan menjadi salah satu bukti perkembangan Islam di tanah air. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1496 hinga 1903, sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah. Kerajaan Aceh menjadi salah satu kerajaan Islam yang mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, menentang imperialisme Eropa, sistem pemerintahan, pendidikan, dan hubungan diplomatik dengan kerajaan lain.
Ketika awal kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia, tepatnya di Pulau Sumatra, terdapat dua pelabuhan dagang yang besar sebagai tempat transit para saudagar luar negeri, yakni Pasai dan Pedir. Pasai dan Pedir mulai berkembang pesat ketika kedatangan bangsa Portugis serta negara-negara Islam. Namun disamping pelabuhan Pasai dan Pedir, Tome Pires menyebutkan adanya kekuatan ketiga, masih muda, yaitu “Regno dachei” (Kerajaan Aceh).

B. Sultan (Raja) yang memimpin
Pada saat dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim, Kerajaan Aceh berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir pada tahun 1520. Dan pada tahun itu pula Kerajaan Aceh berhasil menguasai daerah Daya hingga berada dalam kekuasaannya. Dari situlah Kerajaan Aceh mulai melakukan peperangan dan penaklukan untuk memperluas wilayahnya serta berusaha melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa Portugis.
Tahun 1528 Sultan Ali digantikan putra sulungnya, Sultan Alauddin Syah atau disebut Salahudin. Ia menyerang Malaka pada tahun 1537, namun itu tidak berhasil. Ia mencoba menyerang Malaka hingga dua kali, yaitu tahun 1547 dan 1568, dan berhasil menaklukan Aru pada tahun 1564. Saat itu Aceh juga berusaha mengembangkan kekuatan angkatan perang, mengembangkan perdagangan, mengadakan hubungan internasional dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah, seperti Turki, Abysinia, dan Mesir. Bahkan sekitar tahun 1563, ia mengirimkan utusannya ke Konstantinopel untuk meminta bantuannya kepada Turki dalam melakukan penyerangan terhadap Portugis yang menguasai wilayah Aceh dan sekitarnya.
            Setelah ia wafat, adiknya lah yang menjadi sultan berikutnya. Saat dipimpin oleh Sultan Ali Ri’ayat Syah, Aceh mencoba merebut Malaka sebanyak dua kali, sama seperti kakaknya, yaitu sekitar tahun 1573 dan 1575. Hingga akhirnya ia tewas 1579.
            Kerajaan Aceh mulai mengalami masa keemasan atau puncak kekuasaan di bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda, yaitu sekitar tahun 1607 sampai tahun 1636. Pada masa Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengalami peningkatan dalam berbagai bidang, yakni dalam bidang politik, ekonomi-perdagangan, hubungan internasional, memperkuat armada perangnya, serta mampu mengembangakan dan memperkuat kehidupan Islam. Bahkan kedudukan Bangsa Portugis di Malaka pun semakin terdesak akibat perkembangan yang sangat pesat dari Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda 


           
C. Perkembangan Kerajaan
1. Kehidupan Politik
            Saat dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah,Kerajaan Aceh berhasil melakukan perluasan ke beberapa daerah yang ada di Sumatra, seperti daerah Daya dan Pasai. Ia juga melakukan serangan terhadap Portugis di Malaka. Saat dipimpin oleh Sultan Ali Riayat Syah, Aceh mengembangkan angkatan laut yang kuat guna kembali menyerang Portugis di Malaka. Pada saat masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami puncak kejayaan. Antara lain,ia berhasil memenangkan perang dengan Portugis di sekitar Pulau Bintan.

2. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh adalah dalam bidang pelayaran dan perdagangan. Pada masa kejayaannya, perekonomian berkembang pesat. Penguasaan Aceh atas daerah-daerah pantai barat dan timur Sumatra banyak menghasilkan lada. Sementara itu, Semenanjung Malaka banyak menghasilkan lada dan timah. Hasil bumi dan alam menjadi bahan ekspor yang penting bagi Aceh, sehingga perekonomian Aceh maju dengan pesat.

3. Kehidupan Sosial Budaya
Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat. Dengan demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena sering berhubungan dengan bangsa lain. Contoh dari hal tersebut adalah tersusunnya hukum adat yang dilandasi ajaran Islam yang disebut Hukum Adat Makuta Alam. Menurut Hukum Adat Makuta Alam pengangkatan sultan haruslah semufakat hukum dengan adat. Oleh karena itu, ketika seorang sultan dinobatkan, ia berdiri di atas tabal, ulama yang memegang Al-Qur’an berdiri di kanan, sedangkan perdana menteri yang memegang pedang berdiri di kiri.

D. Akhir Pemerintahan
            Setelah Sultan Iskandar Muda wafat pada tahun 1636 M, Kerajaan Aceh mulai mengalami banyak kemunduran hal tersebut terjadi karena beberapa faktor antara lain :
·         Tidak adanya pengganti raja
Tidak ada raja yang mampu menggantikan Sultan Iskandar Muda yang telah wafat pada tahun 1636.
·         Pertikaian
Pertikaian ini terjadi antara golongan bangsawan dan golongan ulama, hal ini berdampak pada persatuan internal.
·         Pelepasan wilayah
Banyaknya daerah daerah taklukan Aceh yang melepaskan diri dan menguatnya pengaruh Belanda saat itu.
E. Peninggalan Sejarah
     Peninggalan Kerajaan Aceh yang terlihat nyata adalah bangunan Masjid Baiturrahman Aceh dan  Buku Bustanu’s Salatin yang ditulis oleh  Nurrudin Ar Raniri yang isinya berupa sejarah raja (sultan) Kerajaan Aceh.