Rabu, 01 April 2020

Rangkuman Materi : Akulturasi Budaya Islam dengan Jawa/Hindu-Budha dan Animisme Dinamisme



Akulturasi Budaya Islam

     A.    Akulturasi Budaya Islam dengan Jawa atau Hindu-Buddha

      1.Masjid Menara Kudus
Masjid Kudus merupakan perwujudan bangunan hasil akulturasi antara dua kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam. Budaya Hindu-Jawa sendiri tercermin dari bangunan yang mirip candi. Sedangkan budaya Islam tercermin dari penggunaannya untuk adzan dan beribadah bagi umat muslim. Cerminan akulturasi dari masjid ini juga tercermin dari corak bagian gapura dan juga pada bagian dalam masjid yang memiliki sepasang gapura kuno yang disebut dengan "Lawang Kembar".

2. Masjid Agung Demak
Masjid yang berada di Kabupaten Demak, Jawa Tengah ini memiliki keunikan pada atapnya. Alih-alih menggunakan kubah melengkung pada bagian atap, masjid kebanggaan Kota Wali ini berupa tajug tumpang tiga yang berbentuk segi empat, mirip bangunan suci umat Hindu. Walaupun sebenarnya tajug tumpang tiga juga memiliki makna Islam,Iman, dan Ikhsan.

3. Makam
Pada makam Islam sering kita jumpai bangunan kijing atau jirat (bangunan makam yang terbuat dari tembok batu bata) yang kadang-kadang disertai bangunan rumah (cungkup) di atasnya. Dalam ajaran Islam tidak ada aturan tentang adanya kijing atau cungkup. Adanya bangunan tersebut merupakan ciri bangunan candi dalam ajaran Hindu-Budha. Tidak berbeda dengan candi, makam Islam, terutama makam para raja, biasanya dibuat dengan megah dan lengkap dengan keluarga dan para pengiringnya. Setiap keluarga dipisahkan oleh tembok dengan gapura (pintu gerbang) sebagai penghubungnya. Gapura itu belanggam seni zaman pra-Islam, misalnya ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi.

4. Pewayangan
Wayang merupakan salah satu contoh budaya pra-Islam. Namun, saat Islam dating, wayang ini tidak dihilangkan dengan begitu saja. Wayang digunakan sebagai sarana dakwah bagi para wali agar masyarakat Jawa tertarik untuk masuk agama Islam, misalnya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Dengan begitu muncullah tokoh tokoh pewayangan baru dan cerita cerita baru yang berkaitan dengan Islam.

5. Seni Ukir Kaligrafi
Pada masa perkembangan Islam, seni ukir yang berupa patung adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan. Apalagi jika berupa makhluk hidup maupun manusia secara nyata, oleh karena itu munculah perpaduan diantaranya. Yakni seni ukir berupa rangkaian huruf arab (Kaligrafi)

6. Kalender Jawa
Sultan Agung dari Kerajaan Mataram yang saat itu menjabat, membuat sebuah terobosan di mana beliau membuat sistem penanggalan yang merupakan bagian dari kalender Saka (Hindu) dan kalender Hijriah dan diberi nama Kalender Jawa. Beliau mengubah nama bulan dari kata misalnya dari Muharam menjadi Syura, Ramadhan menjadi Pasa, dll. Sampai sekarang, penanggalan tersebut masih digunakan dan mendarah daging di Jawa.

7. Tahlilan
Tahlilan adalah upacara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Sebenarnya, peringatan 7, 40, dan 100 hari merupakan tradisi Indonesia pra-Islam, yakni budaya lokal yang telah bersatu dengan tradisi Hindu-Buddha dan sudah ada sejak dahulu, tetapi saat ini tetap dilakukan dengan penyesuaian, seperti dengan membaca ayat ayat sesuai syariat Islam.

8. Sekatenan
Acara ini diciptakan oleh Sunan Bonang guna memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Akulturasi Hindu-Buddha sangat kental dalam acara ini. Mengingat hal-hal seperti tumpeng dan pertunjukan gamelan serta wayang yang ditampilkan dalam Sekaten merupakan tradisi nenek moyang kita, sedangkan acara memperingati kelahiran Rasulullah SAW sendiri merupakan acara keagamaan Islam.

9. Tingkeban (Mitoni)
Merupakan upacara adat saat bayi berusia 7 bulan dalam kandungan. Upacara tingkeban ini biasanya dilakukan dengan pembacaan nyanyian perjanjen dengan alat tamburin kecil (Bagelen,Purworejo). Nyanyian perjanjen ini sesungguhnya merupakan riwayat Nabi Muhammad Saw. Yang kitab Barzanji.

10. Nyadran (Ruwahan)
Ruwahan adalah salah satu tradisi jawa yang terakulturasi oleh budaya Islam. Tradisi ini dilakukan untuk mendoakan seseorang yang telah meninggal. Biasanya dilakukan mulai pertengahan bulan Ruwah (Sya’ban) dengan membagikan sedekah biasanya berupa kue apem, pisang, kolak maupun ketan. Dimana makanan dan minuman tersebut memiliki makna tersendiri dibaliknya.



     B.     Akulturasi Budaya Islam dengan Animisme dan Dinamisme

      1.      Makam
Hingga saat ini masih banyak orang di Indonesia yang mengunjungi makam tokoh tokoh ulama yang ada di tempat tempat ketinggian / bukit. Hal ini dilakukan karena, mereka menganggap seseorang itu merupakan orang yang dihormati. Walaupun dimakamkan dengan bentuk makam dan cara memakamkan secara Islam, tetapi pemakaman di atas bukit ini masih menunjukkan kesinambungan tradisi yang mengandung unsur kepercayaan pada ruh nenek moyang yang sebenarnya telah dikenal dalam pengejawantahan pendirian punden berundak zaman Megalithikum.

2. Sedekah Laut
Pesta Sedekah Laut biasa diadakan pada bulan Syawal yaitu digelar pada seminggu setelah Lebaran (Hari Raya Idul Fitri). Tradisi ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah swt. dan diungkapkan juga melalui doa doa. Sebenarnya tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang . Jadi, tradisi ini adalah tradisi nenek moyang yang berakulturasi dengan budaya Islam. Sehingga dalam pelaksaannya pun menggunakan doa doa Islam.

3. Nyekar
Tradisi Nyekar (tabur bunga) ini dilakukan masyarakat dengan cara menaburkan berbagai macam jenis bunga di permukaan makam sang ahli kubur. Jika dilihat dari sudut pandang sejarah masuknya Islam, tradisi ini sudah muncul ketika masa pra Islam dimana pada saat itu masyarakat Indonesia yang lebih tepatnya di daerah Jawa menganut kepercayaan animisme yang artinya percaya terhadap adanya roh-roh halus pada benda, binatang, tumbuhan maupun manusia. Yang dilakukan para wali adalah tidak menghilangkan kebudayaan asli masyarakat dan lebih memilih memasukkan ajaran Islam ke dalam ritual tersebut, contohnya adalah nyekar dengan doa doa Islam dan tanpa niat untuk memuja roh halus.

4. Sedekah Gunung
5. Sedekah Laut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar